Laman

Senin, 30 Juni 2014

RAMADHAN CERIA


Ramadhan kali ini berbeda, biasanya mulai awal ramadhan tempatku bukan di rumah, melainkan hidup bersama teman-teman di pesantren.


Mungkin sebab ini masih dalam masa libur kenaikan kelas, jadi aku masih bisa menikmati hari2 pertama ramadhan bersama keluarga, yahh paling tidak hingga hari ke 11 nanti lahh. Setelah itu aktifitas akan kembali seperti semula, aktifitas sekolah dan pesantren.

Meski sedang masa liburan, tapi sejatinya diri sedang tidak libur. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik adalah belajar. Belajar apapun..
Mungkin jika di pesantren akan lebih spesifik dengan kitab-kitab salaf, dengan yang berbau-bau agama. Tapi di rumah pun tetap belajar kok, hanya saja mungkin spesifiknya beda, lebih pada pengabdian kepada orang tua, belajar tentang kehidupan masyarakat, dan tetap ada satu waktu yg kupilih untuk nambah ilmu dari kitab salaf. Dan yang unik dan paling bikin semangat nihhh, kalau sudah belajar masak-masak sama ibu buat nyiapin sahur maupun buka..

Ahhh, semua ini keindahan bulan yang penuh berkah..

Rabu, 11 Juni 2014

NASTAR PENGGODA IMAN



“Hari ini, hari puasa terakhir di bulan Ramadhan. Besok sudah Lebaran. Mama kamu sudah buat kue apa saja?” Mei begitu semangat bertanya-tanya padaku tentang persiapan Lebaran besok.
“Mamaku buat kue sih, tapi aku tidak tahu namanya. Tapi sepertinya enak kok. Besok kamu main ke rumahku ya, Mei?”
“Sipp... kamu juga ya, Dito!” Aku mengangguk. “Oh iya, sudah selesai belum Mama kamu nyiapin kue Lebarannya? Kalau Mamaku belum. Mungkin hari ini hari terakhir buat kuenya, nanti setelah pulang sekolah aku akan ikut membantu loh...” Mei melanjutkan ceritanya.

Senin, 09 Juni 2014

CINTA

Ketika cinta digariskan, yang terpisah pun bisa disatukan... ^_^

Sabtu, 07 Juni 2014

TEMBANG JADIKAN ISLAM BERKEMBANG


Islam itu indah, penuh kasih sayang dan tidak kaku. Begitu juga cara penyebarannya. Meskipun begitu, bukan berarti tidak konsisten, bahkan sangat konsisten. Hal itu sebab Allah begitu sayang terhadap hamba-Nya. Bahkan dalam Islam kita mengenal toleransi dan bersosial. Jika mau menelisik lebih dalam, maka akan banyak kita temukan cara penyebaran Islam yang unik dan menyenangkan.
Karena kita orang Lamongan, maka saya tidak akan mengambil contoh yang jauh tentang penyebaran Islam usai masa kerajaan Majapahit yang mayoritas beragama Hindu dan Budha. Katakan saja Sunan Drajad yang sekarang dikenal banyak masyarakat baik masyarakat sekitar maupun masyarakat yang jauh dari jangkauan. Sunan yang memiliki nama kecil Raden Qosim ini memiliki caranya sendiri dalam penyebaran Islam di masanya.

Jumat, 06 Juni 2014

SOEWOKO: BERANI MATI UNTUK LAMONGAN


“Ikut kami ke pos Sukodadi sekarang!” Aku melihat lelaki berkebangsaan Belanda menggunakan baju tentara itu membentak kejam. Suaranya geram seperti singa kelaparan yang menemukan mangsanya. Sedangkan yang dibentak hanya terkapar menahan sakit tak mampu melawan.
“Tidak. Aku tidak mau menyerah. Bunuh saja aku!” lelaki yang tadi dibentak menolak dan menantang lebih keras lagi. Sorot matanya tajam penuh kebencian. Tak ada rasa takut sedikitpun yang terpancar dari matanya. Tentara Belanda itu semakin garang. Rahangnya mengeras. Wajahnya merah padam menahan emosi. Sampai akhirnya ia berteriak. “BUNUH SAJA ORANG INI!”
Di balik semak-semak rerumputan aku menahan suara dengan tangan menutup mulut. Aku menggeleng, mataku perih menahan tangis. “Kumohon, jangan! Jangan lakukan itu,” hanya dalam hati aku mampu meneriakkannya. Mataku melihat dengan jelas ujung sangkur itu menusuk tajam dada kirinya. Aku memekik tak bersuara. Dan senapan itu, senapan itu mengarah tepat di pipi sebelah hidung pemuda itu. Hingga akhirnya “Doorrr,” sebuah peluruh terlepaskan. Aku terperanjat, terjatuh. Oleng dari pegangan rerumputan yang sejak tadi kupegang erat.

Kamis, 05 Juni 2014

CINTA



Cinta itu seperti mawar. Cantik, menawan, penuh keindahan, dan banyak pula yang menginginkannya. Namun dibalik keindahannya, tidak semua orang mampu memiliki. Terdapat duri-duri tajam yang siap melukai siapapun. Membuat kulit tertusuk hingga robek, menjadikan darah mengucur tak henti, dan membuat rasa sakit yang tak tertahankan.
Laksana mawar, cinta dengan keindahannya pun boleh diinginkan oleh siapa saja. Namun tak semua orang bisa memiliki. Perlu hati-hati dan penuh kesabaran dalam proses kepemilikannya. Sebab jika terlalu buru-buru bahkan dengan kasar kau “memetik” dan menggenggam dari “kediaman”nya, cinta tak jauh berbeda dengan mawar, dia akan menyakitimu melalui “duri-duri” tajamnya. Yang tak jarang membuat hatimu meradang luka mendarah daging tak tertahankan.
Petiklah dengan perasaan dan keindahan, maka akan kau dapati ia mengindahkan hidupmu dengan pesona dan semerbak harumnya. –Fitrotun Nihlah