Judul : RECTOVERSO
Penulis : Dee
Penerbit : Goodfaith Production, Jakarta
Cetakan : Kedua, Oktober 2008
“Aku ingin
membisikkan selamat tidur, jangan bermimpi. Mimpi mengurangi kualitas
istirahatnya. Da untuk bersamaku, ia tak perlu mimpi.” ~Curhat buat Sahabat
(hal. 7)
“Sebotol mahal
anggur putih ada di depan matamu, tapi kamu tak prnah tahu. Kamu terus menanti.
Segelas air putih.” ~Curhat buat Sahabat (hal. 9)
“Mengubah
rutinitas itu sama saja dengan menawar bumi agar berhenti mengedari matahari.”
~Malaikat Juga Tahu (hal. 16)
“Cinta adalah
paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar
dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang. Bukan
baginya. Cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri.” ~Malaikat juga
Tahu (hal. 21)
“Pesan ini akan
sampai padamu, entah dengan cara apa. Bahasa yang kuatahu kini hanyalah
perasaan. Aku memandangimu tanpa perlu menatap. Aku mendengarmu tanpa perlu
alat. Aku menemuimu tanpa perlu hadir. Aku mencintaimu tanpa perlu apa-apa,
karena kini kumiliki segalanya.” ~Aku Ada (hal. 32)
“Perlahan kulihat
awan mendung bergeser, menyeruakkan mentari yang kaucari. Dan kulihat engkau
kian berseri. Senjamu kian sempurna. Dia, yang kaucinta, tampak berkilau
disiram cahaya jingga.” ~Aku Ada (hal. 33)
“Aku masih ada.
Meski mendapatkanmu seperti lawatan ke museum tempat segala keindahan dikurung
etalase kaca hingga berlapis saat disentuh, aku tetap merasa utuh.” ~Aku Ada
(hal. 35)
“Engkau tersenyum
bersama segenap jiwamu, karena hari ini kita sama-sama mengetahui satu rahasia:
cinta adalah aku, cinta adalah engkau, cinta adalah dia, dan cinta tan pernah
mati.” ~Aku Ada (hal. 36)
“Ia hanya
mengetahui apa yang ia sanggup miliki. Saya adalah orang yang paling bersedih, karena
saya mengetahui apa yang tidak sanggup saya miliki.” ~Hanya Isyarat (hal. 47)
“Barangkali
itulah mengapa kematian ada, aku menduga. Mengapa kita mengenal konsep berpisah
dan bersua. Terkadang kita memang harus berpisah danbersua. Terkadang kita memang
harus berpisah dengan diri kita sendiri; dengan proyeksi. Diri yang telah
menjelma menjadi manusia yang kita cinta.” ~Peluk (hal. 54)
“Seseorang
seharusnya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhannya ercermin,
bukan ketakuatannya akan sepi.” ~Peluk (hal. 56)
“Hati adalah air,
aku lantas menyimpulkan. Baru mengalir jika menggulir dari tempat tinggi ke
tempat lebih rendah. Ada gravitasi yang secara alamiah menggiringnya. Dan jika
peristiwa jatuh hati diumpamakan air terjun, maka bersamamu aku sudah merasakan
terjun, jumpalitan, lompat indah. Berkali-kali. Namun kanal hidup membawa
aliran itu ke sebuah tempat datar, dan hatiku berhenti mengalir.” ~Peluk (hal
56)
“Jadi, aku tidak
tahu cinta itu terdiri dari berapa macam. Yang kutahu, cinta ini tersendat, dan
hatiku seperti mau mati pengap. Kendati kusayang kamu lebih dari siapa pun yang
kutahu. Kendati bersamamu senyaman berselimut pada saat hujan. Aku aman. Namun
aku mengerontang kekeringan. Dan kini kutersadar, aku butuh hujan itu. Lebih dari
apa pun.” ~Peluk (hal. 57)
“Rasakan semua,
demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau pedih, segalanya indah
jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatiku, pada dini hari yang hening.
Bening. Apa adanya.” ~Peluk (hal. 58)
“Lalu... kalau
saya tidak suka dengan yang dikatakan firasat sya, lantas apa?”
“Kamu hanya perlu
menerima. Ketika belum terjadi, terima firasatnya. Ketika sudah terjadi, terima
kejadiannya. Menolak, menyangkal, Cuma bikin kamu lelah.”
~Firasat (hal.
98)
“Terpaksa aku
mengangguk. Terpaksa, semua baik-baik saja. Kusapukan mata melihat sekeliling.
Dunia yang berjalan normal. Hidup yang bergulir seperti biasa. Semua yang harus
baik-baik saja.” ~Firasat (hal. 100)
“... lalu, untuk
apa? Untuk apa diberi pertanda jika ternyata tak bisa mengubah apa-apa?”
~Firasat (hal. 102)
“Kadang-kadang
pilihan yang terbaik adalah menerima. . .” ~Firasat (hal. 108)
“Tak akan ada
yang mengerti betapa menyesakkan ini semua. Aku merindu hingga gagu. Aku
mendamba hingga kehilangan daya.” ~Tidur (hal. 130)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar