Menjadi Laki-laki
(Eko Novianto Nugroho)
Sebenarnya,
laki-laki tak suka terlihat belajar. Ia ingin tiba-tiba terlihat pintar.
Mungkin mirip perempuan ketika tak ingin diketahui bagaimana ia berdandan.
Perempuan ingin tiba-tiba terlihat cantik tanpa diketahui bagaimana ia berjuang
keras menata dan menjaga kecantikannya. (hal. xi)
M. Quraish Shihab
mengungkapkan sebuah pernyataan, ‘fungsi menciptakan bentuk dan bentuk
disesuaikan dengan fungsi. Pisau diciptakan lancip dan tajam karena fungsinya.
Bibir gelas dibuat tebal dan halus juga karena fungsinya.’ (hal. xvii)
Imam Ghazali
menulis, ‘Ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan perlakuan baik terhadap istri,
bukanlah tidak mengganggunya. Namun, bersabar dalam gangguan atau kesalahan
serta memperlakukannya dengan kelembutan dan memberi maaf saat ia (istri)
menumpahkan emosi dan kemarahan.’ (hal. xviii)
Menjadi laki-laki
adalah menjadi laki-laki bagi perempuan-perempuannya. Menjadi laki-laki adalah
menjadi qowwam bagi perempuannya. Menjadi laki-laki adalah menonjolkan
keunggulan fisik dan keunggulan psikisnya untuk ketenteraman perempuannya dan
anak-anaknya. Menjadi laki-laki adalah memenuhi kebutuhan belanja perempuan dan
anak-anaknya. (hal. xix)
Yang berpendapat
bahwa tidak ada ukuran lain dalam kufu selain Islam dan akhlak di antaranya
adalah Imam Malik. (hal. 4)
Cintailah mereka
yang lebih mudah untuk menghargai Anda. (hal 5)
Cemburui aku dan
aku akan belajar. Aku belajar dan akan memintamu juga belajar. (hal. 30)
Maka, cemburui
aku. Semoga saja aku ‘waras’ sehingga kecemburuanmu itu baik-baik saja bagiku.
(hal. 33)
Seperti kata-kata
arogan Green Baret, “Cukup katakan apa yang kalian inginkan. Namun, jangan
ajari kami bagaimana melakukannya.” (hal. 44)
Laki – laki
pintar adalah laki-laki yang memilih perempuan yang sanggup dan tidak mengalami
kesulitan untu menghormatinya. (hal. 46)
Semakin besar
anak-anak, semakin sulit aku menggandengnya. Menggandeng fisiknya saja semakin
sulit, bagaimana lagi menggandeng selera, pikiran, kecenderungan, keberpihakannya,
dan cita-cita hidupnya?” (hal. 63)
Laki-laki butuh
kepercayaan bahwa doa-doanya manjur. Laki-laki perlu mengukur diri sejauh mana
doanya manjur. Kekuatan doanya membuat laki-laki lebih percaya menghadapi
hidupnya. Kendati demikian, laki-laki tetaplah makhluk yang juga butuh dukungan
dari orang yang ia lindungi. (hal. 96)
Jika definisi
Tika Bisono masih abstrak, majalah Ummi menyajikan ciri-ciri pribadi yang
matang sebagai berikut.
1. Pribadi yang matang
adalah mereka yang mengenali dirinya dengan baik
2. Pribadi yang matang
adalah mereka yang menghargai pribadi lain
3. Pribadi yang matang
adalah mereka yang bertanggung jawab
4. Pribadi yang matang
adalah mereka yang memiliki relasi sosial yang hangat
5. Pribadi yang matang
adalah mereka yang memiliki kontrol diri yang baik (hal. 244)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar