Laman

Sabtu, 25 Juli 2015

MENJADI LAKI-LAKI (SARI BUKU)



Menjadi Laki-laki (Eko Novianto Nugroho)

Sebenarnya, laki-laki tak suka terlihat belajar. Ia ingin tiba-tiba terlihat pintar. Mungkin mirip perempuan ketika tak ingin diketahui bagaimana ia berdandan. Perempuan ingin tiba-tiba terlihat cantik tanpa diketahui bagaimana ia berjuang keras menata dan menjaga kecantikannya. (hal. xi)

M. Quraish Shihab mengungkapkan sebuah pernyataan, ‘fungsi menciptakan bentuk dan bentuk disesuaikan dengan fungsi. Pisau diciptakan lancip dan tajam karena fungsinya. Bibir gelas dibuat tebal dan halus juga karena fungsinya.’ (hal. xvii)

Imam Ghazali menulis, ‘Ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan perlakuan baik terhadap istri, bukanlah tidak mengganggunya. Namun, bersabar dalam gangguan atau kesalahan serta memperlakukannya dengan kelembutan dan memberi maaf saat ia (istri) menumpahkan emosi dan kemarahan.’ (hal. xviii)

Menjadi laki-laki adalah menjadi laki-laki bagi perempuan-perempuannya. Menjadi laki-laki adalah menjadi qowwam bagi perempuannya. Menjadi laki-laki adalah menonjolkan keunggulan fisik dan keunggulan psikisnya untuk ketenteraman perempuannya dan anak-anaknya. Menjadi laki-laki adalah memenuhi kebutuhan belanja perempuan dan anak-anaknya. (hal. xix)

Yang berpendapat bahwa tidak ada ukuran lain dalam kufu selain Islam dan akhlak di antaranya adalah Imam Malik. (hal. 4)

Cintailah mereka yang lebih mudah untuk menghargai Anda. (hal 5)

Cemburui aku dan aku akan belajar. Aku belajar dan akan memintamu juga belajar. (hal. 30)

Maka, cemburui aku. Semoga saja aku ‘waras’ sehingga kecemburuanmu itu baik-baik saja bagiku. (hal. 33)

Seperti kata-kata arogan Green Baret, “Cukup katakan apa yang kalian inginkan. Namun, jangan ajari kami bagaimana melakukannya.” (hal. 44)

Laki – laki pintar adalah laki-laki yang memilih perempuan yang sanggup dan tidak mengalami kesulitan untu menghormatinya. (hal. 46)

Semakin besar anak-anak, semakin sulit aku menggandengnya. Menggandeng fisiknya saja semakin sulit, bagaimana lagi menggandeng selera, pikiran, kecenderungan, keberpihakannya, dan cita-cita hidupnya?” (hal. 63)

Laki-laki butuh kepercayaan bahwa doa-doanya manjur. Laki-laki perlu mengukur diri sejauh mana doanya manjur. Kekuatan doanya membuat laki-laki lebih percaya menghadapi hidupnya. Kendati demikian, laki-laki tetaplah makhluk yang juga butuh dukungan dari orang yang ia lindungi. (hal. 96)

Jika definisi Tika Bisono masih abstrak, majalah Ummi menyajikan ciri-ciri pribadi yang matang sebagai berikut.
1.      Pribadi yang matang adalah mereka yang mengenali dirinya dengan baik
2.      Pribadi yang matang adalah mereka yang menghargai pribadi lain
3.      Pribadi yang matang adalah mereka yang bertanggung jawab
4.      Pribadi yang matang adalah mereka yang memiliki relasi sosial yang hangat
5.      Pribadi yang matang adalah mereka yang memiliki kontrol diri yang baik (hal. 244)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar