Laman

Jumat, 17 Januari 2014

SELAMA PAGI MASIH BEREMBUN



Harum khas oleh basah tanah
Menusuk tajam ujung pembau
Rintik itu pun masih jatuh
Dan sesekali mendarat sempurna
Di kubangan merah liat


Nyanyian emprit nan merdu
Terus mengeja pagi
Namun deru nafas tersenggal
Terasa sesak dalam dada
Mata  masih sembab
Bekas tangis sepanjang petang

Pagi ini…
Entah apa yang ‘kan jadi pengganjal
Besar kemungkinan
Harus rela puasa lagi
Raga yang semakin kurus kering
Perut yang semakin membuncit
Harus tetap berjuang
Sebab Tuhan berkata lain
Selam pagi masih berembun
Tak pantas kau mati mengenaskan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar