Semua berawal dari pengingat yang disampaikan oleh Mamaku bahwa masih dibutuhkan Relawan Pengajar di Kelas Inspirasi Lamongan (KIL) 4. Mengingat tahun lalu aku tidak terjaring untuk bisa bergabung, akhirnya tahun ini aku dan suami mencoba daftar lagi.
Sampai pada akhirnya aku menerima email dan sms bahwa aku dinyatakan bisa bergabung di KIL 4 tahun ini
sedangkan suamiku belum diberi kesempatan, mungkin lain waktu. Itu artinya hanya aku yang akan berangkat untuk berbagi dengan calon generasi.
Tanggal 22 Oktober 2016, hari itu hari Inspirasi. Aku hadir 5 menit sebelum pembukaan kelompok relawan dan kemudian dilanjut apel pembukaan oleh semua dewan guru, relawan Kelas Inspirasi (KI), dan seluruh murid SDN Bandungsari Sukodadi.
Setiap relawan diberi kesempatan untuk berbagi di 3 kelas. Kelas pertamaku adalah kelas 2 kemudian akan dilanjut i kelas 3 dan 4. Meski aku sudah terbiasa dengan lingkungan sekolah, ternyata hari ini cukup membuatku gugup. Melihat senyum ceria peserta didikku hari ini, aku mendadak ciut. Siapa diriku? Kenapa dengan bangga aku seolah memiliki kemampuan untuk berbagi apapun? Aku justru mendadak mengubah polaku, aku butuh mereka untuk berbagi padaku. Entahlah, sepertinya justru akulah yang butuh inspirasi.
Aku memulai dengan salam dan dijawab dengan semangat oleh mereka. Aku bertanya kenapa mereka sekolah? Ingin jadi apa sebenarnya mereka? Apa pula senangnya menjadi seperti yang mereka inginkan?
Mereka punya jawabannya, lengkap. Mereka ingin menjadi orang yang bermanfaat. Mereka punya cita-cita, dan cita-cita mereka akan lebih mudah tercapai bila ditempuh dengan jalan sekolah. Begitu kira-kira aku menyimpulkan seluruh jawaban mereka.
Satu-satu aku menanyakan tentang cita-cita mereka dan alasan kenapa ingin menjadi seperti itu. Semua cita-cita pada umumnya pun terungkap. Jadi dokter, guru, tentara, polisi, presiden, dan cita-cita umum lainnya. Tapi ternyata tidak ada yang ingin jadi sepertiku: Seorang Handmade Worker, atau sebut saja seorang Pengerajin. Begitu juga dengan profesi teman-teman relawan yang lain. Tidak ada yang ingin jadi seperti Mbak Laila yang seorang Penerjemah Bahasa Jepang, Mbak Isti yang seorang Boardcaster, juga Mr. Je yang seorang Programer, juga profesi yang lain.
Setelah aku tanya ternyata mereka belum paham dengan profesi-profesi itu. Ya... aku menemukan inspirasiku. Aku tahu apa yang harus kulakukan. Aku pun menjelaskan banyak hal tentang profesi-profesi tersebut. Termasuk profesiku. Aku menunjukkan kepada mereka cara bermain karya dalam profesiku, merangkai Flower Crown, melipat pita, merangkai manik-manik, dan lain sebagainya.
Aku melihat wajah antusias mereka. Di akhir sesi mereka diberi kesempatan untuk menempel cita-cita yang mereka tulis di kertas pola burung. Dengan harapan burung itu akan terus terbang tinggi di langit membawa doa dari cita-cita mereka.
Satu yang berani kutanamkan pada mereka bahwa, "Mau jadi apapun dan siapapun mereka nanti, pastinya mereka haruslah menjadi orang yang bermanfaat, dan itu bisa mereka raih dengan rajin belajar, baik di sekolah maupun di alam sekitar."
Aku memang seolah menginspirasi di hari itu, tapi sesungguhnya akulah yang mengantongi banyak inspirasi dari para bocah dengan senyum ceria itu. Mereka mengajarkan bahwa hidup ini memang seharusnya dilalui dengan keceriaan.
Bersyukur sekali bisa bergabung di KIL 4 ini. Terima kasih. Aku bisa melihat lebih luas bahwa inspirasi tidak hanya berkutat pada diri ini. Tapi ketika diri mau berbagi, di situlah ilmu baru akan membanjiri. Masih berharap bisa bergabung lagi di Kelas Inspirasi selanjutnya.
Semoga sukses selalu untuk KI Lamongan. Terus menginspirasi, terus berbagi, dan terus memberi arti. Dalam hati ini pun terbesit harapan agar kelak tidak hanya di lingkup SD tapi juga di lingkup sekolah dalam naungan Madrasah. Entah itu formal maupun non formal. Senyampang hal itu dipandang baik untuk kelangsungan kegiatan KI.
~ Fitrotun Nihlah (Handmade Worker)
Maduran Lamongan

Tidak ada komentar:
Posting Komentar