Laman

Selasa, 11 Oktober 2016

BUBUR SURO


Kemarin aku membatu Mamak untuk memasak bubur, aku baru tahu ada bubur dwi warna, mereka menamai Bubur Suro. Ba'da Maghrib setelah membaca do'a bersam hari Asyuro di Masjid, bubur itu bisa dinikmati para jama'ah dan siapa saja yang ada di situ. :)

»» BUBUR SURO ««

Bubur itu disajikan dalam dwi warna. Merah dan putih. Merah berasa manisnya gula merah, sedangkan putih berasa gurih asin.
Bersumber dari para tetua dan sedikit bacaan, aku pun mengerti, ada yang berpendapat bahwa asal mula bubur suro ini adalah saat para wali di Indonesia menyebarkan agama dengan mengajak bersedekah di bulan Muharram. 
Saat itu sebagian besar orang hanya punya beras, itu pun tidak banyak dan tidak semua orang punya.
Akhirnya dengan tidak memaksa, para wali mempersilakan sedekah seadanya. Beras itu nantinya akan di masak dan dibagikan untuk keberkahan bersama. Tapi karena beras yang terkumpul hanya sedikit, maka olahannya diubah menjadi bubur yang sederhana. Sebagian asin, sebagian manis untuk menimbulkan cita rasa pencuci mulut pengganti buah.

Begitu tetua yang kutanya menjelaskan. Terkait benar dan tidaknya, karena di berbagai sumber juga mengatakan bahwa bubur suro dihidangkan dengan berbagai lauk dan kacang-kacangan, aku tetap bisa percaya yang dikatakan para tetua itu. Sebab itu pun masuk akal. Di bulan Muharram khususnya hari asyuro banyak dianjurkan bersedekah, menyenangkan para yatim, para keluarga, para saudara dan para tidak mampu. Sedangkan orang zaman dulu memang adanya beras, dan mungkin itu pun tidak banyak yang berlebih untuk diberikan kepada orang lain.

*kalau kalian yang baca tulisan ini ada yang punya pendapat lain dari sumber yang lain pula. Boleh dishare juga di komentar. Biar kita bisa belajar bersama. :)

Selamat berkasih sayang di 10 Muharram yaaa... ;)

11 Oktober 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar