Laman

Senin, 01 Februari 2016

MEMELUK MASA KINI

 Berpikir tentang masa depan tentu sangat dianjurkan. Tapi bukan berarti kita terlalu berlebihan untuk berpikir, menghayal, membayangkan, atau berharap lebih atas pengabulan impian. Yakin, harus! Tapi setelah itu lepaskan. Tawakkal ‘alallah.
Tentang apa yang kita rancang untuk masa depan adalah sebuah impian dan harapan. Seperti anak panah yang ditarik dari busurnya, begitulah suatu harapan.
Kita menariknya, penuh dengan harapan, penuh dengan keyakinan, kita menariknya dengan permintaan yang sungguh-sungguh kepada Allah dan kemudian untuk mencapai target bidikan suatu impian, maka, anak panah itu harus dilesatkan. Biarkan dia lepas menuju arah dari apa yang kita bidik.
Meskipun begitu, terkadang bisa saja bidikan pemanah tidak sesuai dengan harapan. Anak panah harapan itu mengenai sasaran yang lain. Simaklah kisah berikut ini.
Suatu ketika ada seorang gadis yang pernah bermimpi menjadi anak yang berprestasi di sekolah, ia berencana mengikuti seleksi untuk mendapat beasiswa penuh selama kuliah atas prestasinya, dia bermimpi akan menjadi guru Fisika kelak, jadi dia mendaftar di jurusan Fisika di suatu Universitas ternama. Selama kuliah ia akan tetap akan mempertahankan prestasinya dan lulus sebagai lulusan terbaik. Lalu sudah direncanakan ia akan kembali untuk mengabdikan diri di sekolahnya, yang dahulu pernah mengantarkan dirinya menuju gerbang kesuksesan. Dia akan mengabdikan diri sebagai guru Fisika yang membantu belajar para muridnya.
Dan ternyata kenyataan tak sesuai dengan harapan. Dia memang tetap berprestasi di sekolah, tapi tidak lolos saat seleksi tahap dua untuk masuk di Universitas impiannya. Dia sedih, marah, berniat menunda kuliah, dia merasa kalah saat itu.
Kemudian kehidupan berbalik. Meski sempat enggan kuliah sebab frustrasi, tapi dia kembali bangkit, dia harus berani melepaskan lagi anak panah harapannya sehingga pilihan kuliah tersebut jatuh pada kampus Tarbiyah yang berada di sekitar kampung halamannya dan mengambil jurusan yang memang hanya satu-satunya jurusan: PAI. Ini sangat jauh dari pilihannya: Fisika. Dia harus mengabdi dan sibuk dengan pekerjaan saat teman-temannya menikmati masa kuliah. Dalam pengabdian pun, saat diminta mengajar, bukan Fisika yang dia pegang, tetapi Bahasa Inggris. Butuh waktu lama hingga dia bisa ikhlas dan menikmati apa yang dia jalani. Yang dia yakini saat itu hanya satu, Allah punya rencana terhebat untuknya.
Terbukti. Dia masih tetap berprestasi saat kuliah, bahkan hingga lulus ia tetap mempertahankannya. Setelah lulus kuliah dia masih di dalam konteks harapanya, memanfaatkan ilmunya. Tapi bukanlah pelajaran Fisika seperti yang dia harapkan. Bukan pula pelajaran agama yang dia pelajari saat kuliah. Melainkan Bahasa Indonesia yang sudah empat tahun tidak pernah tersentuh lagi. Semuanya semakin jauuuuhh dari apa yang ia harapkan.
Tapi lagi-lagi dia tersadar Allah punya rencana. Allah “menggagalkan” dia di tes beasiswa tersebut agar dia bisa mengabdikan diri, tidak perlu menjauh dulu kemudian baru kembali jika bisa langsung dilakukan saat itu pula. Allah “menyesatkan” dia di dunia Tarbiyah, karena tanpa dia sadari, dia memiliki impian menjadi pendidik jadi harus ada pondasi pendidikan dalam dirinya. Yang selanjutnya Allah “menyungkurkan” dia di dunia Bahasa Indonesia mungkin sebab Allah tahu dia punya kecintaan pada dunia buku dan literasi yang belum ia tekuni. Dia harus mengajar agama dengan jalan yang berbeda. Melalui tulisan. Dan dia harus mempelajari ilmu tersebut di dunia Bahasa Indonesia. Begitu dia berpikir tentang maksud Allah “menyesatkan” dirinya.
Anda tahu siapa tokoh gadis di balik kisah tersebut? Dia adalah saya, yang hari ini tulisannya Anda baca. Oleh sebab itu melalui tulisan ini pula saya ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada seluruh guru-guru saya dan orang-orang yang turut serta menjadi “kepanjangan tangan” Allah untuk mengatur hidup saya.
Nah semua yang saya alami sangat tidak sesuai dengan rencana awal, bukan?
Dan inilah yang saya maksud dengan sebuah anak panah ketika melesat ada kemungkinan dia mengenai sasaran dengan tepat, ada pula kemungkinan tidak mengenai sasaran, melainkan mengenai obyek yang lain yang sama sekali tidak menjadi bayangan kita sebelumnya.
Lalu bagaimana? Tidak ada gunanya dong memohon, meminta, atau bahkan berharap penuh, kemudian melepaskan anak panah tersebut agar mengenai sasaran?
Siapa bilang...! Bayangkan saja jika anak panah harapan itu terus Anda pegang di tarikan awal tali busur. Apakah dia akan melesat? Tidak, bukan? Dia akan tetap berada dalam genggaman. Tanpa ada arah dan tanpa ada harapan yang sesungguhnya. Akan lebih berkemungkinan anak panah harapan itu mengenai sasaran jika Anda lepaskan dia dari tali busur tersebut, dibanding dia terus Anda tarik dan Anda pegang tanpa ingin melepaskannya hanya gara-gara Anda takut ia akan mengenai sasaran yang lain yang tidak Anda inginkan.
Kalau pun anak panah itu mengenai yang lain, maka yakinlah, itu adalah cara Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya dalam memilihkan hal mana yang paling cocok untuk sasaran anak panah harapan Anda.
Jadi, Anda yang hari ini sedang menjalani hari yang tidak sesuai dengan bidikan sang anak panah harapan, yakinlah bahwa hari ini tetaplah hari yang terbaik. Terima hari ini dan peluk masa kini dengan pelukan terhangat. Dia yang bisa menerima dan merasa lebih baik dengan apa yang sudah diterima di hari ini, dialah pemenangnya. J

Fitrotun Nihlah
 Diterbitkan di Mafahid
Majalah PP Fathul Hidayah Pangean Lamongan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar