Laman

Senin, 10 Maret 2014

Buku "IMAGI-NATION, MEMBUAT MUSIK BIASA JADI LUAR BIASA"


Kemarin pagi sebelum saya masuk kantor, saya sempat berdiri sekitar 10 menit di muka mading yang ada di depan halaman koprasi yang kebetulan merupakan jalan akses menuju kantor Madrasah. Saya selalu tertarik berlama-lama di depan koran edisi hari Minggu. Akan saya temukan banyak info tentang sastra di situ, biasanya mataku akan secara otomatis mencari-cari kolom Puisi, Opini, Ruang Putih, Cerpen, dan Buku atau kolom-kolom lainnya yang menarik untukku.

Nah, pagi itu kolom Buku pada koran Jawa Pos edisi Minggu 9 maret 2014 berhasil menarik minat saya untuk membacanya. Sebab kolomnya saja sudah diberi nama “BUKU”, maka otomatis isinya adalah seputar buku-buku yang tergolong terbitan baru atau paling tidak tahun kemarin.
Kolom Buku pagi ini terdapat 3 buku baru, salah satu dari info buku itu ada 1 judul yang menjadikan saya sampai mampu bercerita di sini. Buku itu berjudul IMAGI-NATION, MEMBUAT MUSIK BIASA JADI LUAR BIASA ditulis oleh PROV VINCENT MCDEMOTT, diterbitkan oleh Art Music Today, dengan tebal buku 94 halaman, cetakan 2013.
Setelah saya membaca habis yang ditulis dalam koran tersebut baru saya tau yang menulis adalah Aris  Setiawan seorang Etnomusikolog, pengajar di Institut Seni Indonesia Surakarta. Menurut Aris Setiawan  Musisi tak memiliki kuasa mutlak atas bunyi yg dibuatnya. Sama halnya penari yang tidak lagi berhak atas tubuhnya kala ia menari. Lembaga Art Music Today bermarkas di Jogjakarta dimana buku Imagi-Nation, Membuat Musik Biasa Jadi Luar Biasa ini diterbitkan adalah lembaga khusus penerbitan buku musik, dan itu didirikan oleh Erie Setiawan, Tony Maryana dan Gatot Sulistyanto ketika dirasa hadirnya buku musik berkualitas mengalami kemandulan.
Masih menurut Aris, dalam buku ini Vincent menguraikan bahwa musik menarasikan proses kreatif, inspiratif dan ekspresi.
Dari tulisan ini ada beberapa kalimat yang saya suka dan kemudian saya tulis juga di sini:
·         Adakalanya biarkan musik itu "membeku" sebagai sebuah karya, menghantui pikiran kita, membuat gelisah dan tidur tak nyenyak. Hakikat musik adalah bunyi dan rasa, bukan timbunan kata dalam bahasa.
·         Diruang tertentu ia memandang karya musik tak ubahnya melihat matahari, semakin mencoba untuk dilihat semakin kabur dan menyilaukan bahkan menyakitkan mata. (Woww …. How wonderful a musical???!!)
Gamelan yang menjadi tradisi di Indonesia sebenarnya merupakan musik yang lebih mengedepankan “rasa” tak sekedar mood dan kreativitas layaknya musik barat. Di akhir tuisan dari Aris ini menyatakan bahwa dalam bukunya tersebut Vincent berani memberi masukan untuk kurikulum musik Indonesia.

~ Tulisan ini sebagian besar saya kutip dari tulisan Aris Setiawan seorang Etnomusikolog, pengajar di Institut Seni Indonesia Surakarta dalam Jawa Pos Minggu, 09 Maret 2014 pada kolom BUKU. Menulis ini saya lakukan dengan ditemani alunan musik klasikal berjudul Music for reading yang salah satu pemainnya adalah Ludwig Van Beethoven yang sering menyebut dirinya adalah "Penyair bunyi". Dia menjadikan pengalaman musik sebagai “alat ukur” dan “jendela” untuk melihat beban psikologi dan karakter penciptanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar