Laman

Sabtu, 02 Mei 2015

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DI ERA INFORMASI



Oleh: Fitrotun Nihlah*

Hari Pendidikan Nasional menjadi sangat berkesan bila kemudian bisa menjadi momen evaluasi suatu pendidikan di suatu daerah. Pendidikan memang merupakan faktor yang vital dari beberapa faktor pembangun kecerdasan dan perkembangan suatu Bangsa. Dalam setiap perjalanannya, suatu pendidikan sudah pasti terus dievaluasi untuk kemajuannya. Namun, pendidikan dengan sistem yang baik yang disiapkan oleh pemerintah, dengan kurikulum serta visi dan misi yang sempurna yang disuguhkan suatu lembaga sebetulnya tidak begitu maksimal bila pelaksana dari pendidikan tersebut, guru, dalam pelaksanaanya kurang bisa memahami era yang ada saat ini serta apa yang lebih menonjol diminati oleh peserta didiknya dalam menerima suatu pendidikan.

Peserta didik yang notabenenya adalah seorang anak-anak yang masil labil dalam berpikir, jarang ada yang sepenuhnya berpikir bahwa pendidikan pun harus diseriusi. Mereka lebih berpikir suatu yang asik bagi dirinya, maka pendidikan pun seharusnya jadi seasik yang mereka mau. Terutama kebanyakan adalah para siswa tingkat pendidikan menengah. Di mana ada pencarian jati diri dan sekaligus transisi dari fase remaja menuju pendewasaan. Yang menjadikan mereka sering mencari sesuatu yang baru yang berada di luar jalur kebiasaan.
Di sini peran guru dalam pendidikan akan sangatlah diperhitungkan. Guru sebenarnya bertugas bukan hanya mengajar tapi juga mendidik, itu artinya dia tidak hanya sekadar memberikan ilmunya, melainkan juga mentransfer pengetahuan dan nilai-nilai moral kepada anak didiknya. Selain itu seorang guru adalah inspirator dan motivator. Dengan begitu sebenarnya harus ada ikatan bathin tersendiri antara seorang guru dan muridnya. Sebab tanpa hal tersebut agaknya akan minim kemungkinan peserta didik menjadikan seorang guru menjadi panutan.
Pendidikan di zaman yang modern kali ini memang sebenarnya tidak menutup kemungkinan bahwa ilmu bisa didapat dari selain guru. Contohnya saja, ilmu bisa dipelajari sendiri oleh mereka melalui internet, buku, e-book, diktat, jurnal, koran, majalah, dan media cetak lainnya. Nah, dalam hal ini bukan berarti peran guru dalam mendidik akan luntur, justru di sini seorang guru mulai harus lebih aktif. Kenapa? Sebab, pertama, jangan sampai seorang guru kalah informasi dari seorang murid. Artinya, guru pun harus membaca. Kedua, peran guru dipertaruhkan di sini, mendidik mereka dalam berpikir kritis tentang informasi apa yang mereka dapatkan. Jangan sampai peserta didik “tersesat” hanya sebab menelan mentah-mentah sebuah informasi yang ia baca. Ketiga, sebisa mungkin seorang guru memiliki kemampuan serupa dengan sesuatu yang lain yang kini menjadi “guru” tersendiri dari peserta didiknya. Artinya, selain mengajar di kelas, guru pun bisa mengajar di luar kelas ke sepenjuru dunia. Seorang guru juga setidaknya memiliki pemikiran luas dari hasil membacanya tapi juga memiliki kemampuan menulis yang bisa menuangkan pemikiran dan gagasannya tersebut.
Tujuannya adalah membaca dan menulis untuk memajukan pendidikan. Dari oleh-oleh membaca kemudian dituangkan gagasannya melalui tulisan. Bisa dibagi langsung kepada peserta didiknya, bisa pula diedarkan lebih luas melalui media online maupun media offline. Hal ini mungkin akan menjadikan ilmu itu bisa tersebar luas ke sepernjuru dunia.
Tidak bisa dipungkiri kehidupan saat ini sudah sampai pada gelombang informasi. Seperti yang dikatakan Alvin Toffler dalam bukunya yang berjudul The Third Wave (1981: 10-11): Dunia bergerak ke arah tiga gelombang: dari gelombang pertanian, menuju gelombang industri, dan akhirnya sampai kepada gelombang informasi. Di era informasi inilah pengembangan pendidikan memiliki peluang besar untuk berkembang pesat. Pasalnya hampir seluruh elemen manusia mulai menggunakan media internet dan media buku, maupun media cetak lainnya untuk mencari hal yang tidak mereka ketahui. Dengan adanya ketermudahan yang sedemikian rupa, seorang guru dan praktisi pendidikan juga jangan sampai terlena akan hal itu. Jangan sampai hanya ikut menikmati kecanggihan dari suatu media yang bisa menyebarkan ilmu secara cepat tersebut. Tapi mari mulai berpikir ikut andil dalam meciptakan produksi ilmu tersebut yang nantinya akan dikonsumsi oleh jutaan manusia. Dan tidak menutup kemungkinan peserta didik kita pun bisa menikmatinya.
Pada intinya, seorang guru dalam pengembangan pendidikan hari ini, di era informasi ini, tidak hanya berperan aktif dalam mentransfer ilmu, lebih-lebih hanya mengonsumsi ilmu yang sudah jadi. Melainkan ikut andil dalam produksi ilmu-ilmu tersebut. Membaca dan menulis juga menjadi bagian penting dalam kehidupan seorang guru. Bagaimana bisa seorang guru meminta peserta didiknya untuk membaca dan menulis bila orang yang sepatutnya digugu dan ditiru tidak memberikan contoh terlebih dahulu. Membaca dan menulis akan menjadi tolak ukur kecerdasan seseorang. Selain mengasah kecerdasan, manfaat lain dari membaca dan menulis bagi seorang yang mau mempraktikkannya adalah sebuah ketelatenan dan keuletan dalam menciptakan hal baru dari pemikirannya yang bisa diterima orang lain.
Ralp Waldo Emerson mengatakan, “Kalau kamu bertemu orang yang sangat cerdas, tanyalah buku-buku apa yang sudah ia baca.” Ya, buku apa yang ia baca. Sebuah bacaan menjadikan orang menjadi memiliki kelebihan dari yang lain. Informasi lebih banyak terserap oleh mereka. Sedangkan untuk menulis, dengan menulis kecerdasan itu pun teruji, semampu apa mereka menuangkan pemikirannya menjadi hal yang bisa dibaca. Ingat, eranya adalah era informasi. Peserta didik lebih sering mencari informasi sendiri dibanding memaksakan diri untuk bertanya kepada gurunya. Dengan menulis pula, seorang guru mampu mencerdaskan berjuta-juta manusia tanpa batas, tidak hanya di dalam kelas sekolah, melainkan mencapai kelas dunia. Imam Ghazali berkata bahwa dengan menulis kita  bisa mencerdaskan berjuta-juta manusia tanpa batas. Hal ini sesuai dengan seorang guru yang memiliki kewajiban mencerdaskan manusia dalam perkembangan pendidikan suatu bangsa.

*Guru MA Fathul Hidayah Pangean Maduran Lamongan
(fitrotunnihlah@gmail.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar