Laman

Rabu, 15 April 2015

KENAPA VALENTINE’S DAY? TIDAK ADAKAH HARI LAIN?



Fitrotun Nihlah*

Siapa yang tak kenal tentang Valentine’s Day?
Siapa pula yang tak mengerti kapan tanggal perayaannya?
Hampir setiap manusia dari penjuru dunia manapun mengetahui tentang Valentine’s Day, hari yang diperingati setiap tanggal 14 Februari yang konon katanya merupakan hari ‘kasih sayang’. Mereka memang tahu, tapi tidak sepenuhnya tahu. Mereka hanya mendengar tanpa memahami. Bahkan ada beberapa yang hanya asal-asalan mengikuti teman-temannya tanpa ingin tahu asal-muasalnya.
“Katanya sih hari kasih sayang,” tutur seorang anak ketika ditanya.

“Katanya sih hari menebar kebaikan berupa cinta,” sahut yang lain.
“Katanya sih hari baik untuk bertukar coklat,” jawaban dari pertanyaan yang sama.
Helloooo... kalau hanya bertukar cokelat, kenapa harus nunggu hari baik sihh. Sekarang pun saya mau kok dikasih cokelat J *abaikan
Ya, hanya sekedar katanya, katanya, dan katanya. Tidak ada yang memiliki dasar pasti berasal dari mana asal-usul Valentine’s Day tersebut. Apakah itu berasal dari budaya Islam? Ataukah memang itu berdasarkan hal yang dicintai Nabi, sehingga patut seorang muslim ikut merayakannya?

Mari kita bahas bersama!!!
Valentine’s Day adalah hari perayaan yang berawal dari bangsa Romawi. Berawal dari seorang kaisar yang begitu menyepelekan soal cinta, bahkan cenderung apatis, hanya karena sebuah alasan bahwa cinta akan melemahkan semangat juang angkatan perangnya. Di saat ‘prahara cinta’ tersebut muncullah sosok Santa Valentino yang dihukum mati oleh Claudius II (Kaisar Romawi) karena nekad menikahkan sepasang lelaki-perempuan yang saling mencintai. Nah kisah dari terbunuhnya Santa Valentino tersebutlah yang menjadi salah satu versi dari banyak versi tentang asal-muasal munculnya perayaan Valentine’s Day. (Sayap-sayap Sakinah: 2014)
Nah, sudah diketahui kan jika tentang Valentine’s Day bukan berasal dari budaya Islam??
Tapi dari penjelasan tersebut bukan berarti Nabi tidak peduli soal cinta atau kasih sayang. Nabi sangat menganjurkan tentang saling mencintai dan saling menyayangi. Begitupun Allah yang mencintai sebuah cinta dan kasih sayang, sehingga cinta dan kasih sayang menjadi salah satu asma-Nya: ar-Rohman dan ar-Rohiim. Sabagai kaum muslim kita memang dianjurkan untuk selalu saling mengasihi, saling mencintai, dan saling memberi. Yang perlu dicatat adalah, hal tersebut bisa dilakukan setiap hari. Tanpa menunggu moment Valentine’s Day yang bukan berasal dari budaya kita.
Nabi SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Dawud r.a bersabda, Man tasyabbaha bi qoumin fahuwa minhum. “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia adalah bagian dari mereka.”
Yang ini jelas sudah. Apakah kita mau menjadi bagian dari Kaisar Romawi tersebut? Tentu tidak, bukan? Setiap hari dan setiap saat kita selalu meminta untuk menjadi umat Muhammad hingga kelak di akhirat.

Lalu, hari kasih sayang kita kapan?
Jika bangsa Romawi saja punya perayaan khusus untuk hari kasih sayang, pasti ada yang bertanya apakah Islam tidak punya? Jawabannya tentu kita punya. Setiap hari adalah hari kasih sayang untuk kita. Ya, setiap hari. Jika ingin lebih khusus untuk menyatakan kasih sayang yang lebih, maka kita memiliki bulan Muharrom yang pada bulan tersebut Nabi menganjurkan untuk menabur rasa kasih dan sayang, sehingga tidak sedikit yang menyebutnya bulan kasih sayang bagi setiap muslim.
Rasulullah dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Laits dari Ibnu Abbas r.a, bersabda:
“Barangsiapa mengusap kepala anak yatim pada hari Asy syura’, maka akan diangkat derajatnya, setiap helai rambut (yang diusap) satu derajat.” (HR. Abu Laits)
Istimewa sekali, bukan??? Hitung saja rambutnya, kira-kira akan ketemu berapa helai? Maka sebanyak itulah pengangkatan derajatnya. Mengusap kepala hanyalah kiasan. Makna sesungguhnya adalah sebuah kasih sayang, dan kasih sayang tersebut bisa diwujudkan dengan santunan, perlindungan, atau bahkan pengasuhan. Selain itu juga kepada sanak keluarga pun dianjurkan melapangkan dan memberikan kebahagiaan-kebahagiaan yang ditingkatkan dari sebelum-sebelumnya.
Nah, dari hal-hal di atas sudah menjelaskan bahwa tidak sepantasnya kita mengikuti budaya yang bukan berasal dari budaya Islam, terlebih jika memang kita sudah memiliki waktu tersendiri untuk meluapkan rasa cinta, kasih, dan sayang yang selama ini kita pupuk dalam hati.
Akhirnya, selamat berkasih sayang setiap hari... :)

----------------------------
*Penulis adalah anggota sekaligus siswa Sekolah Menulis FLP Lamongan. Penulis juga kontributor aktif di MAFAHID, sebuah majalah di Pondok Pesantren Fathul Hidayah Pangean Lamongan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar