Laman

Minggu, 15 Februari 2015

CINTAKU PADA SOSOK NOMOR SATU DI DUNIA



 Kecintaan seseorang bisa diwujudkan dalam berbagai macam cara. Mulai dari yang sederhana hingga cara yang istimewa. Terlebih jika seseorang itu memiliki peran penting dalam hidupnya. Lalu bagaimana dengan cinta kita kepada sosok nomor satu ini? Manusia istimewa kekasih Allah, Nabi agung Muhammad SAW. Siapa yang tak kenal dengan tokoh ini? Tokoh terkeren di muka bumi. Tidak hanya orang muslim yang mengakuinya, bahkan orang non muslim pun mengakui keberadaannya sebagai salah satu manusia yang paling berpengaruh di dunia. Dalam buku the 100, a Rangking of the Most Influental Persons in History, Michael Hart menempatkan nama Nabi Muhammad sebagai
peringkat pertama tokoh yang paling berpengaruh. Bukan tanpa alasan, melainkan kekagumannya dengan sosok Muhammad yang menjadi satu-satunya manusia yang meraih keberhasilan spektakuler baik dalam bidang penyiaran agama maupun kehidupan dunia.
Jadi wajar jika sebagai muslim kita begitu mencintai sosok ini. Dari ayah Sayyid Abdullah dan ibu Sayyidah Siti Aminah beliau dilahirkan tepat hari Senin, 12 Rabiul Awal. Sebelum beliau lahir, berita tentang kebesarannya sebagai Cahaya Alam Semesta kelak di akhir zaman telah tersiar di seluruh penjuru dunia. Hingga saat beliau lahir, maka hari itu menjadi hari yang penuh kebahagiaan. Sehingga sampai saat ini kemudian banyak yang memperingati hari tersebut sebagai hari Maulid Nabi. Bukan lagi sebagai kesemarakan seremonial belaka, melainkan sebuah momen spiritual untuk mentahbiskan beliau sebagai figur tunggal yang mengisi hati, pikiran dan pandangan hidup manusia.
Beberapa pendapat dari berbagai kelompok terkadang menyatakan bahwa peringatan Maulid adalah merupakan bid’ah. Dengan dalil bahwa hal seperti ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad dan para sahabat, peringatan ini juga membuang-buang waktu dan harta (israaf). Bagaimana dengan hal yang seperti ini?
Kita terlebih dahulu harus tahu tentang bid’ah (perkara-perkara baru). Dimana ada bid’ah dholalah yaitu bid’ah sesat sebab perkara yang diada-adakan bertentangan dengan Al-qu’an, Sunnah, Atsar, maupun Ijma’. Sedangkan Bid’ah yang lain adalah bid’ah hasanah yaitu perkara baru yang baik yang tidak bertentangan dengan dasar hukum Islam.
Imam Abu Syamah (guru Imam An Nawawi) menegaskan bahwa salah satu bi’dah yang baik dilakukan pada masa saat ini adalah pertemuan pada 12 Rabiul Awal dengan bersedekah, berbuat baik, berdandan rapi dan menghias diri sebagai tanda kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Termasuk menyantuni anak yatim dan fakir miskin sebagai bentuk kecintaan kita kepada Nabi Muhammad yang telah diutus ke muka bumi ini sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Selain penuturan Imam Abu Syammah kita pun bisa menemukan banyak hikmah atas peringatan Maulid Nabi ini. Diataranya mendorong seseorang untuk membaca Sholawat, sedangkan kita tahu sendiri bahwa sholawat diperintahkan oleh Allah dalam QS. Al-Ahzab: 56. Selain itu, bergembira saat menyambut kelahiran Nabi pun memiliki keistimewaan tersendiri. Bahkan bagi orang kafir sekalipun. Saat itu Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab, paman Nabi, mengabarkan berita gembira kelahiaran Nabi, Abu Lahab pun memerdekakannya. Dan sebagai tanda suka cita atas kegembiraannya menyambut kelahiran Nabi, kelak di alam baqa’ siksa atas dirinya diringankan setiap hari Senin tiba. Sahabat Abu Bakar pun berkata, “Barang siapa yang memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiran Nabi SAW: akan menjadi temanku masuk Surga.” Begitupun masih banyak dalil-dalil yang menunjukkan bahwa peringatan Maulid adalah hal yang baik.
Begitu besarnya fadhilah yang turun atas kecintaan terhadap Nabi, sehingga tak sedikit kaum muslim yang rela menyisihkan hartanya demi menunjukkan cintanya kepada Nabi dengan memperingati dan merayakan hari kelahiran Nabi dengan cara-cara yang terpuji, mendengarkan sirah beliau, mendengarkan dan melantunkan pujian-pujian tentang diri beliau, memuliakan orang-orang yang hadir, memuliakan yatim piatu dan fakir miskin, serta menggembirakan hati orang-orang yang mencintai beliau. Semoga kita pun termasuk orang yang mendapat syafaat atas kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW.

Fitrotun Nihlah
Diterbitkan di Majalah PP. Fathul Hidayah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar